Siswa Sekolah Dasar Negeri Cangkudu 3 Mengalami Perundungan dan Dikucilkan, LSM BIAS Tuding Pihak Sekolah Terlibat
![]() |
| Ketua LSM BIAS/ist. |
Kabupaten Tangerang – Perundungan terhadap Aaron Anozie Jideofor, siswa SDN Cangkudu 3, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, kini memasuki babak yang lebih memilukan. Pasca insiden pembakaran tas yang diduga dilakukan oleh teman sekelasnya, Aaron kini tak hanya mengalami tekanan mental, tetapi juga pengucilan total di ruang kelas.
Dari laporan dari keluarga menyebutkan bahwa Aaron kini duduk sendiri setiap hari, tak ada satu pun teman sekelas yang mau berbicara, bahkan sekadar duduk di dekatnya. Fenomena ini menimbulkan kecurigaan kuat bahwa ada arahan terselubung dari pihak sekolah kepada para siswa dan wali murid untuk menjauhkan Aaron.
"Ini bukan lagi kasus perundungan biasa. Ini sudah masuk ke dalam bentuk pengasingan sistematis terhadap seorang anak kecil. Dan kami menduga kuat bahwa ini bukan inisiatif murid, tapi bagian dari tekanan struktural oleh pihak sekolah," tegas Eky Amartin, Ketua Umum DPP BIAS Indonesia, Sabtu (26/07/2025).
Menurut Eky, pengucilan sosial yang kini menimpa Aaron sangat mungkin diduga disebabkan oleh narasi negatif yang dibangun secara tidak langsung oleh wali kelas sebelumnya yang sebelumnya sempat di konfirmasi langsung olehnya melalui chat whatsapp namun tidak ada respon.
"Kami menilai ada upaya sistematis untuk membungkam korban dan membalikkan opini. Ini jahat! Anak kecil dijadikan musuh bersama, dipaksa menanggung beban sosial, sementara pelaku dan pihak sekolah cuci tangan," tegas Eky dengan nada keras.
DPP BIAS Indonesia menyatakan akan segera mengirim somasi terbuka kepada Kepala Sekolah SDN Cangkudu 3 dan mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang serta KPAI untuk segera turun tangan secara langsung. Bila terbukti ada pembiaran dan pengondisian lingkungan agar Aaron dikucilkan, maka pihaknya tak segan menempuh jalur hukum.
"Kalau kepala sekolah, guru, dan lembaga pendidikan tak sanggup melindungi anak, maka mereka tak layak memegang tanggung jawab mendidik. Kita bicara soal anak yang masih duduk di bangku SD! Ini bukan sekadar masalah kecil. Ini soal masa depan dan hak anak," ujar Eky lantang.
Saat ini Aaron diketahui dalam kondisi psikologis yang labil. Setiap hari ia pulang dalam keadaan murung. Pihak keluarga sudah berkali-kali mencoba membangun komunikasi dengan wali murid sebelumnya namun tidak mendapatkan solusi yang konkret.
"Kami tidak butuh klarifikasi kosong. Kami ingin jaminan keselamatan, keadilan, dan lingkungan yang sehat untuk Aaron. Kalau tidak, kami akan cabut dia dari sekolah itu dan pastikan proses hukum tetap berjalan!" pungkas Eky.
Kasus Aaron menjadi cermin buram wajah pendidikan Indonesia hari ini. Di saat dunia menyerukan perlindungan dan inklusivitas, ada anak yang malah dibungkam, disingkirkan, dan dikorbankan oleh sistem yang seharusnya melindunginya.
(Taswan)

Posting Komentar