Berita Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.
Pembuatan Film Dokumenter Penginjilan Kyai Tunggul Wulung, Memahami kehadiran Kristen Nusantara di Indonesia

By On Maret 28, 2023





Jepara - Jika menilik tentang Penginjilan di tanah Jawa yang di lakukan oleh para Penginjil Bumiputra kita akan mengenal salah satu  Penginjil Jawa yaitu sosok Kyai Tunggul Wulung, siapakah itu ? Tak banyak orang yang tahu atau mungkin kaum melenial kristen mengenal salah seorang Tokoh penginjil yang berpengaruh di tanah Jawa ini.


Kyai Tunggul Wulung adalah seorang tokoh legendaris yang hidup dihati orang-orang disekitar kota Jepara, Kudus, Pati, Mojowarno, Malang dan beberapa kota lainnya.


Di lingkungan jemaat Kristen di daerah sekitar Gunung Muria Kudus Jawa Tengah, Kyai Tunggul Wulung ini dikenal sebagai penginjil asli Jawa.


Terlebih Kyai yang menurut catatan seorang missionaris missi Menonit, Pieter Jansz, memiliki watak temperamen berbadan tinggi besar dan tegap ini, adalah salah seorang prajurit Pangeran Diponegoro.


Kyai Tunggul Wulung yang pernah terlibat dalam perang Diponegoro (1925-1930) dan yang memiliki nama Demang Padmodirdjo, dan saat kecil bernama Raden Tondho ini  adalah keturunan Mangkunagaran Surakarta dari  salah seorangselir yang kemudian saat dewasa bernama Padmodirdjo dan menjadi salah seorang demang di Kabupaten Kediri Jawa Timur.



Panggilan jiwanya membela tanah kelahirannya yang membuat ia kemudian bergabung dengan Pangeran Diponegoro melawan VOC kala itu, tokoh yang saat ini menjadi pahlawan nasional Repunlik Indonesia.


Sebagaimana kita diketahui dalam catatan Sejarah akibat diperdaya oleh Jendral Belanda De Cook, maka Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Sulawesi.


Hal ini mengakibatkan para pengikutnya tercerai berai mencari keselamatan masing-masing.


Demikian pun Demang Padmodirdjo dalam pelariannya sampailah di sebuah yang bernama Juwana daerah yang termasuk kabupaten Pati, dan mengubah namanya menjadi Kyai Ngabdulah, ini kemudian memiliki kehidupan yang layak secara sosial dan ekonomi. 


Pencarian Jati Diri


Kyai Ngabdulah sebagai Orang Jawa selaku melakukan tirakat dan lelaku Bathin yang biasa dilakukan oleh orang - orang Jawa kala itu dalam upaya pencarian jati dirinya dan ramalan Jayabaya tentang Ratu Adil yang akhirnya  membawa Kyai Ngabdulah bertapa di Gunung Kelud Jawa Timur karena di ceritakan bahwa Ratu adil akan datang dari sana.


Dan dalam pertapaannya itulah  Kyai Ngabdulah mengganti Namanya dengan nama Kyai Tunggul Wulung. Dikisahkan bahwa Adapun nama Tunggul Wulung itu  nama Senopati pada Kerajaan Kediri pada pemerintahan Prabu Jayabaya. Namun ada yang mengartikan nama Tunggul Wulung itu adalah nama makhluk gaib penunggu kawah Gunung Kelud.


Dalam pertapaannya, Kyai Tunggul Wulung bertemu dengan seorang bangsawan putri Kediri yang bernama Endang Sampurnawati. Dikisahkan bahwa Endang Sampurnawati ini suka sekali bertapa. Hal ini dilakukannya untuk mencari jati diri dan ketenangan hidupnya. Kedua tokoh ini kemudian bertapa Bersama-sama. Menurut sebuah buku sumber, pada saat mereka bertapa itulah, mereka mendengar sebuah bisikan atau wangsit supaya membaca sesuatu. Setelah mereka cari, maka mereka menemukan sebuah tulisan di sebalik tikar yang mereka gunakan bertapa, tulisan hukum 10 perintah Allah yang di dalam kitab Injil tertulis dalam Keluaran 20:1-17. Setelah membaca ayat itu, mereka kemudian turun gunung ke kota Mojowarno yang saat itu ada seorang misionaris yang bernama Jellesma. Mereka kemudian berguru kepada Jellesma tentang ngelmu Kristen. Setelah beberapa bulan belajar, kemudian mereka mewartakan Injil kepada orang-orang di sekitar daerah Malang.


Setelah dibaptis oleh Jellesma, Kyai Tunggul Wulung mendapatkan nama baptis Ibrahim, yang kemudian menurut cerita Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan Endang Sampurnawati akhirnya menjadi suami istri.


Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan Nyi Endang Sampurnawati melakukan perjalanan yang mereka sebut “tapa ngrame” dengan cara berbuat baik dan memberitakan kabar sukacita, Injil kepada masyarakat yang mereka temui, kemudian mereka membuka hutan tarik di daerah Bondo Jepara untuk di jadikan pemukiman Selain pemukiman, mereka juga membuka sebuah pasamuwan di daerah itu.


Selain  Kyai Tunggul Wulung juga membuka pelayanan di wilayah Banyutowo dan Tegalombo yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah.


Redefinisi dan Revitalisasi


PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) yang concern terhadap kisah - kisah penginjilan yang dilakukan oleh para Penginjil - penginjil Jawa yang begitu melegenda dalam kisah - kisah yang diceritakan dalam budaya lisan dan bukan hanya kisah Tunggul Wulung saja, akantetapi juga para pekabar Injil Jawa yang telah memberi diri dalam pelayanannya, seperti Paulus Tosari (Mojowarno Jawa Timur) dan Kyai Sadrach (Purworejo Jawa Tengah). Oleh karena itu medio Maret 2022 yang PEWARNA Indonesia yang dikomandani oleh ketua umumnya Yusuf Mujiono (57) melakukan perjalanan spritual yang dinamakan napak tilas rasul Jawa untuk menghayati perjalan spritual dari ketiga tokoh legendaris penginjil Jawa ini.


Menurut Yusuf Mujiono (57) dalam keterangannya mengatakan ingin menggali semangat penginjilan dari para tokoh legendaris ini.


Selain itu lebih lanjut menjelaskan, kebudayaan Jawa yang kental sebagai sarana penginjilan sangat menarik untuk didalami. “Kita tidak bisa lepas dari kehidupan berkebudayaan.


Kita menggali nilai  luhur kearifan budaya lokal yang ada di Nusantara khususnya budaya Jawa, dan bahasa Jawa yang digunakan oleh para tokoh legendaris penginjil Jawa ini dan juga kultur budaya tradisi jawa yang menyentuh dalam kisi -kisi kehidupan masa itu yang sampai hari ini juga masih di lestarikan dalam kehidupan jemaat sebagai warisan yang di tinggalkan oleh para Bapak - Bapak Penginjil Jawa tersebut.


Salah Seorang narasumber, Ki Suyito Basuki (58), pendeta yang saat ini melayani di GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) Kedung Penjalin Jepara yang juga adalah Ketua Dewan Penasihat PEWARNA Jateng, dalam uraiannya sebagai narasumber beberapa waktu yang lalu menyampaikan bahwa penggalian semangat dan metode penginjilan Tunggul Wulung sangat penting pada era gereja masa kini. Menurutnya, penginjilan masa kini hendaknya didefinisikan dan direvitalisasi berdasarkan semangat penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil Jawa ini. “Penginjilan saat sekarang ini memang banyak tantangannya, tetapi kita tidak boleh berhenti menyampaikan kabar sukacita ini, karena perintah Tuhan dalam amanat agung yang tertera dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Rasul 1:8 jelas sekali.


Para Rasul telah melakukan pekerjaan ini sehingga terdapatlah jemaat mula-mula hingga meluas sampai saat ini.


Oleh karena itu kita perlu meredefinisi dan Merevitalisasi penginjilan, sehingga spirit para penginjjil Jawa, baik Tunggul Wulung, Paulus Tosari ataupun Kyai Sadrach bisa kita tangkap dan memberi energi baru dalam pewartaan.


Demikian pendeta yang juga memainkan wayang wahyu ataupun wayang purwa dalam pengembangan pelayanannya.


Pembuatan Film Dokumenter


Sehari setelah melakukan pelatihan pembuatan film pendek, Rabu 22 Maret 2023 di GITJ Bondo Jepara, maka Kamis 23 Maret 2023, PEWARNA Indonesia  memulai proses pembuatan film dokumenter tentang Kyai Tunggul Wulung.


Film dokumenter yang disutradarai oleh Gabriel Hartanto yang juga sekaligus penulis naskah skenario filmnya itu, selain dikerjakan oleh crew film dari PEWARNA Indonesia Jakarta, juga melibatkan para peserta Latihan pembuatan film pendek itu menjadi aktor dan aktris serta pekerjaan teknis syuting di lapangan.


Lokasi syuting dipusatkan di sekitar desa Bondo yang sekarang berada di wilayah Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.


Yahya Kumarawangi (23) seorang pemeran petani yang menjadi murid Tunggul Wulung merasa terkesan dengan dilibatkannya sebagai seorang pemain dalam film dokumenter itu.


Yahya Kumarawangi yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Kependidikan Seni Rupa itu menyatakan bahwa  pengalamannya terlibat dalam pembuatan film itu merupakan pengalaman yang luar biasa.


Menurutnya,” Saya belajar banyak dari proses pembuatan film kemarin, sekaligus menginspirasi kami untuk membuat film pendek juga,” demikian ujarnya kepada awak media anggota Pewarna 


Sebagai salah Seorang peserta yang juga dilibatkan dalam pembuatan film tersebut juga sebagai asisten produser, Daniel Dio Saputra (25) yang kesehariannya menjadi pekerja media di GITJ Kedung Penjalin, menyatakan kebanggaannya bisa terlibat dalam pembuatan film ini.


Dengan semangat dia berkata,” Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya ya, bisa ikut berpartisipasi bersama orang - orang hebat dan luar biasa, dimana ini juga pengalaman pertama saya akan tetapi sudah diberi mandat sebagai asisten produser, walaupun saya juga masih belum paham betul tugasnya asisten produser itu apa, tapi karena bantuan dari para senior, saya yakin aja pasti bisa, dan saya harap kesempatan ini bukan yang terakhir kalinya.” (Bas)


Editor Kefas Hervin Devananda,S.Th

Edukasi Sinematografi, PEWARNA Berikan Pelatihan di GITJ Bondo

By On Maret 22, 2023





Jepara -- Setelah Sukses menggelar Napak tilas rasul Jawa yang dilaksana pada medio maret 2021 pewarna Indonesia mulai menggarap film dokumenter yang akan dilaksanakan di sejumlah wilayah di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dalam persiapan tersebut Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia) memberikan pelatihan dasar sinematografi kepada sejumlah pemuda dan warga lintas gereja di wilayah Bondo Jepara Jawa Tengah.


Pelatihan diadakan di Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) Bondo, Kelurahan Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu pagi (22/3).


Mentor pelatihan yang juga merupakan produser film dokumenter Napak Tilas Rasul Jawa, Gabriel Hartanto, menjelaskan secara dua arah seputar teknik dasar penulisan naskah, teknik penggunaan kamera, proses pengambilan gambar, editing, hingga rincian perkiraan biaya dalam suatu proyek penggarapan sebuah film.


Peserta nampak antusias mengikuti kegiatan yang juga dihadiri oleh Pendeta Suyito Basuki, seorang penulis, dalang wayang Kristen ternama dan juga pegiat pelayanan di lingkungan GITJ.


Ketua Umum PEWARNA Indonesia Yusuf Mujiono yang turut serta dalam penggarapan film dokumenter Napak Tilas Rasul Jawa dan pelatihan sinematografi di GITJ , mengutarakan bahwa kegiatan pelatihan yang dilaksanakan hari ini merupakan salah satu bentuk literasi yang bisa dibagikan oleh PEWARNA Indonesia kepada warga gereja.


"Kami harap kegiatan ini bisa memperlengkapi warga gereja dalam melaksanakan misi pelayanan mereka di gereja masing-masing. Sebelumnya kami juga aktif bekerja sama dengan sejumlah badan pekerja gereja maupun Sekolah Tinggi Teologi dalam memberikan pelatihan jurnalistik," ujar Ceo Majalah Gaharu, di lokasi pelatihan.


Pelatihan dasar sinematografi yang dilakukan oleh PEWARNA Indonesia berlangsung di GITJ Bondo, sebuah gereja berusia 166 tahun yang menjadi buah penginjilan dari Kiai Ibrahim Tunggul Wulung.



Kiai Tunggul Wulung merupakan seorang tokoh kharismatik di Tanah Jawa, bangsawan Jawa, seorang ahli spiritual, mantan wedana, yang kemudian menjawab panggilan pribadinya sebagai penginjil di Tanah Jawa usai mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus.


Jejak sejarah dari Kiai Ibrahim Tunggul Wulung masih bisa dijumpai hingga saat ini. Salah satunya situs makamnya yang hanya berjarak 500 meter dari GITJ Bondo.


Di tahun 2021 lalu perjalanan spiritual dari Kyai Ibrahim Tunggul Wulung juga diabadikan melalui program Napak Tilas Rasul Jawa yang dilakukan oleh PEWARNA Indonesia.


Dalam rangkaian acara inI PEWARNA turut melakukan penanaman bibit bakau dan meresmikan pemugaran makam Tunggul Wulung, yang dihadiri oleh Bupati Jepara.


Menurut Ketua Pewarna Indonesia Propinsi Jawa Barat Kefas Hervin Devananda,S.Th yang biasa di sapa Romo Kefas ini kepada Awak Media melalui Pesan WA nya mengatakan bahwa pembuatan Film Documenter tentang penginjilan yang dilakukan oleh penginjil bumiputra adalah sebuah gagasan yang harus di dukung oleh semua pihak, karen ternyata jika di telaah lebih jauh bahwa kehadiran "Kristen nusantara" tumbuh berkembang dengan tradisi budaya lokal setempat, artinya ketika penginjilan dilakukan dengan menyentuh budaya lokal setempat atau ke arifan lokal ternyata tidak terjadikan pergesekan atau benturan pemahaman akan tetapi dengan memasukan budaya tradisi dalam metode penginjilan kala itu malah berkembang sampai sekarang, dan Film ini bisa menjadi sarana ilmu bagi kaum millenial gereja khususnya  untuk memahami penginjilan yang di lakukan oleh Bapak - Bapak Gereja Indonesia masa lalu,jelas pria yang juga Penggiat Budaya Nusantara kepada Awak media (Red)

Seorang Remaja di Jepara Tewas Akibat Berkelahi dengan Teman setelah Nonton Orkes Dangdut

By On Februari 14, 2023


JEPARA, - Seorang remaja berinisial R (16) asal Desa Bandungrejo, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, tewas setelah berkelahi dengan temannya.


Perkelahian itu dipicu kesalah Pahaman.


Kapolsek Welahan AKP Susiyanto menyampaikan, masih memeriksa sejumlah saksi untuk mengetahui kesalahpahaman seperti apa  yang terjadi.


Yang pasti, kata dia, perkelahian ini terjadi setelah korban dan pelaku menonton orkes.


"Keterangan saksi habis nonton orkes di Tahunan," kata AKP Susiyanto.


Kemudian sepulang dari menonton, mereka dan saksi menuju ke Desa Brantak Sekarjati, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.


Di situ pelaku dan korban berkelahi.


Saat berkelahi itu kepala korban dibenamkan di kubangan air di kebun tebu oleh pelaku.


Korban lalu tak sadarkan diri.


Korban dibawa oleh teman-temannya ke Puskesmas Kalinyamatan.


Saat diperiksa oleh tim medis diketahui korban sudah tidak bernyawa.


Polisi pun telah berhasil menangkap pelaku yang menyebabkan remaja AN atau akrab disapa R (16) asal Desa Bandungrejo, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, tewas.


Kasatreskrim Polres Jepara AKP Ahmad Masdar Tohari mengungkapkan pihaknya telah menangkap AH (16) pada Minggu (5/2/2023). lalu. 


Dia adalah pelaku yang berkelahi dengan korban hingga menyebabkan korban tewas.


"AH ditangkap di rumahnya di Robayan, Kalinyamatan Jepara," terangnya.


Kini tersangka telah dimintai keterangan atas perbuatannya yang menyebabkan nyawa temannya hilang.(*/Red) 

Seorang Ayah di Jepara Perkosa Anak Tiri dan Ancam Bunuh Ibu Korban

By On Juni 24, 2022








Jepara BhinenekaNews71.Com -- Aksi bejat dilakukan seorang ayah, warga Kecamatan Mayong. Kabupaten Jepara. Pelaku tega memperkosa anak tiri yang telah diasuh sejak usia dua tahun.


Kejamnya, perkosaan itu dilakukan pelaku berinisial J (41) dengan disertai ancaman akan membunuh korban la (18) maupun ibu korban.


Ironisnya, perkosaan dilakukan hingga empat kali dari tahun 2018 hingga 2021. Saat itu korban masih duduk di bangku SMA.


Saat melakukan perkosaan, tersangka J selalu memberi ancaman akan membunuh korban la maupun ibu korban.


Perbuatan bejat tersangka  akhirnya berani dilaporkan korban la pada 15 Juni 2022 lalu, setelah tersangka gagal melakukan perkosaan untuk kelima kalinya.


“Sebagai barang bukti, polisi mengamankan pakaian korban saat perkosaan berlangsung,” kata Kasat Reskrim Polres Jepara, AKP Muhammad Fachrur Rozi, Kamis (23/6/2022).


“Atas perbuatannya, tersangka dijerat undang-undang nomor 17 tahun 2016 tentang Perlindungan anak dengan ancaman hukuman penjara hingga 15 tahun,” katanya.bv24(Red) 

Seorang Ayah di Jepara Perkosa Anak Kandungnya Saat Istrinya Pergi Bekerja

By On April 04, 2022

 







JEPARA, BHINNEKANEWS71.COM -- Seorang pria berinisial S (35) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ditangkap polisi lantaran memperkosa anak kandung sendiri. Polisi mengungkap S melakukan aksi bejatnya itu sudah lima kali.


"Selain itu berdasarkan pengakuan korban tersangka sudah lebih dari 5 kali memaksa korban untuk melakukan hal yang sama setiap ibunya bekerja," kata Kasat Reskrim Polres Jepara, AKP M Fahrur Rozi, Senin (4/4/2022).


Rozi mengatakan tersangka melakukan aksi bejat tersebut saat istrinya pergi bekerja. Dia mengatakan pengakuan tersangka nekat berbuat tersebut karena terpengaruh obat penenang yang dikonsumsi bersangkutan.


"Berdasarkan pengakuan tersangka bahwa yang bersangkutan melakukan hal tersebut di bawah pengaruh pil yang dikonsumsinya," ucap dia.


Diberitakan sebelumnya, pria berinisial S (35) di Kabupaten Jepara ditangkap polisi. S diduga telah memperkosa anak kandungnya sendiri yang masih berusia 12 tahun.


Kasat Reskrim Polres Jepara, AKP M Fahrur Rozi mengatakan barang bukti yang diamankan berupa pakaian dan pakaian dalam korban. Modus tersangka memaksa dan mengancam korban yang tidak lain adalah anak kandung sendiri.


"Modus tersangka ini memaksa dan mengancam anak korban untuk menuruti keinginan tersangka," jelas dia.


Atas tindakan bejatnya itu, tersangka disangkakan Pasal 81 dan atau Pasal 82 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak.


"Ancaman hukuman penjara, paling lama 15 tahun," Jelasnya.(BV24/Red) 

Dibakar Api Cemburu, Kepala Desa di Jepara Setrum Selingkuhan Istri

By On Oktober 28, 2021

Foto: Ilustrasi Penganiayaan, Kamis (28/10/BNN). 

JEPARA, BHINNEKANEWS71.Com -- Dibakar api cemburu, seorang kepala desa di Kecamatan Aji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) nekat melakukan penganiayaan terhadap pria yang diduga menjadi selingkuhan istrinya. Penganiayaan itu dilakukan kepala desa berinisial MS itu dengan cara menyetrum pria yang diduga selingkuhan istrinya.

Terungkapnya kasus penganiayaan yang melibatkan kepala desa di Jepara itu berawal dari laporan pemilik indekos korban, AT. Pemilik indekos awalnya curiga karena AT tidak bisa dihubungi.

Kasat Reskrim Polres Jepara, AKP M. Fachrur Rozi, membenarkan adanya dugaan kasus penganiayaan yang melibatkan kepala desa di Jepara itu. Rozi menyebut kasus penganiayaan itu terjadi di sebuah hotel di Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara pada 4 Agustus 2021 lalu.

Kasat Reskrim Polres Jepara, AKP M. Fachrur Rozi, membenarkan adanya dugaan kasus penganiayaan yang melibatkan kepala desa di Jepara itu. Rozi menyebut kasus penganiayaan itu terjadi di sebuah hotel di Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara pada 4 Agustus 2021 lalu.

Rozi mengatakan awalnya korban mendapat telepon dari istri kepala desa, Nr, untuk datang ke hotel. Saat berada di kamar hotel, tiba-tiba sang kepala desa masuk dan langsung menyetrum korban dengan peralatan setrum portabel. Pelaku juga menuduh korban telah berselingkuh dengan istrinya.

“Saat itu pelaku langsung memborgol tangan Alan korban. Selanjutnya korban ditampar dengan sandal jepit,” ujar Rozi, dikutip dari laman Murianews.com, Kamis (28/10/2021).

Melihat suaminya menganiaya AT, NR mencoba membela korban. Namun, MS tidak percaya dan kembali menyetrum AT. Tak hanya itu, pelaku juga menendang dan memaksa korban minum minuman beralkohol untuk mengakui perbuatannya. “Pelaku juga sempat mengancam akan membunuh korban,” imbuhnya.

Pelaku dikabarkan juga beberapa kali menampar dan menendang korban. Pelaku dikabarkan juga sempat melakukan perbuatan tidak senonoh dengan mengencingi korban.

Seusai melakukan penganiayaan, kepala desa di Jepara itu mengajak korban keluar dari hotel dan diantarkan ke terminal untuk pulang ke daerah asalnya di Sukabumi.

Saat ini kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan kades di Jepara itu tengah dalam penanganan aparat kepolisian. Polisi telah memanggil tiga orang untuk dimintai keterangan terkait kasus tersebut.

Rozi mengatakan tiga orang saksi itu dimintai keterangan terkait keterlibatannya dalam dugaan penganiayaan itu. “Kita sedang melakukan proses penyelidikan. Salah satunya kita sudah wawancara beberapa informan,” kata Rozi.

Sementara itu, hingga kini polisi belum melakukan pemeriksaan terhadap MS, kepala desa yang diduga melakukan penganiayaan terhadap pria yang dituding sebagai selingkuhan istri. Pihaknya masih mengumpulkan bukti-bukti sebelum memanggil pelaku.

“Belum [pemanggilan]. Nanti kalau sudah jelas baru diperiksa,” ujarnya.(Ryd/Red) 

Kisah Pilu Ibu Dibunuh Anak Kandung di Jepara, Ibu Minta Anak Berbohong ke Polisi

By On September 23, 2021


Foto: MF (17) tersangka pembunuh Ini kandungnya saat diperiksa di Mapolres Jepara, Selasa (21/9) sumber (Dok Polres Jepara) 


JEPARA, BHINNEKANEWS71.Com - Sebelum meregang nyawa karena ditusuk pisau dapur dan dianiaya oleh anak kandungnya sendiri, seorang ibu di Jepara, Jawa Tengah, sempat meminta anaknya untuk berbohong ke polisi.

"Sebelum meninggal dunia, ibunya berpesan khusus kepada tersangka. Sampaikan ke orang-orang, aku ditusuk orang gila yang masuk rumah dan bukan kamu," ungkap Kasatreskrim Polres Jepara AKP M Fachrur Rozi saat dihubungi awak media melalui ponselnya seperti dikutip dari Kompas.com,  Kamis (23/9). 

Menurut Rozi, MF (17) sempat menuruti permintaan terakhir korban, SM (34) itu.

Namun, dari hasil penyelidikan, polisi mengungkap sejumlah kejanggalan dan akhirnya menangkap MF.


Sakit hati karena dimarahi

Menurut Rozi, peristiwa tragis itu terjadi di rumah korban di Desa Singorojo, Kecamatan Mayong.

Saat itu, MF sedang menonton televisis. Lalu korban datang dan menegur korban agar tak hanya malas-malasan saja.

Tak disangka, teguran korban itu membuat tersangka emosi. Tersangka lalu segera bangkit, mengambil pisau dapur dan menikam korban.

"Pengakuan tersangka, ia kesal sering dimarahi karena tidak bekerja dan disebut hanya bisa makan, tidur, dan nonton televisi saja. Korban ditusuk dengan pisau dapur yang berada di dekatnya,” ujar Rozi.


Sempat cari pertolongan

Sesaat setelah melukai korban, MF mengaku panik dan segera mencari pertolongan ke warga.

"Korban sempat dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Mayong, namun nyawanya tidak tertolong karena pendarahan, dan korban dinyatakan meninggal dunia sore pukul 17.00," ucapnya.

Tersangka dijerat Pasal 44 Ayat (3) UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).

"Ancaman hukuman pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000," bebernya. (*) 

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *